Butuh Istri? Di Rumah Ada, Tuh! Mau?

Mariska Lubis

MARISKA LUBIS

JANGAN takut, segan ataupun ragu! Kopi, pisang goreng, dan kue-kue pun sudah tersedia. Ditambah ranjang yang empuk, dan istri yang hangat. Tinggal datang saja! Dia sudah menunggu, kok!

Aneh? Tidak bila Anda berkesempatan pergi meneliti kampung-kampung di pesisir sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Mulai dari daerah Karawang, Jawa Barat, sampai daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Saya menemukan banyak kejadian yang sama, lho! Kaget? Tour de sex saya memang selalu bikin jantungan, ya! Untungnya jantung saya masih kuat, coba kalau nggak… waahhh… lewat, deh!

Saya tidak bicara semua keluarga seperti itu, lho! Tapi ada! Jumlahnya lumayan banyak. Dan herannya, tidak ada, tuh, tetangga berperilaku “normal” yang menegur atau paling tidak merasa risih. Biasa-biasa saja semuanya. Huh!

Bila sebabnya adalah faktor ekonomi, di mana mereka kekurangan sekali, masih adalah kemungkinan untuk bisa dipahami. Tetapi kebanyakan tidak. Justru menurut saya, mereka cukup berada. Sawah punya, rumah punya, bahkan mobil pun banyak yang punya.

Penasaran ingin tahu dan kenal lebih dekat dengan sang pelaku utama, saya pun meminta izin untuk bertandang dan berbincang-bincang dengan salah satu dari mereka. Yang ini kejadiannya di daerah Karawang.

“Dikasih si bos kali, ya?”
“Nggak, neng! Itu, mah warisan dari bapaknya istri saya.”
“Rumah?”
“Ini, kan, dulu rumah bapaknya….”
“Terus, biasanya dapat apa, dong?”
“Ya paling-paling duit, kalung…, emas….”
Yaaahhh… cuma segitu doang! Nanggung banget, ya!

Harusnya sekalian minta dibeliin sawah segambreng, rumah gedung bertingkat, mobil mewah, setumpuk deposito, dan sebongkah berlian kali, ya! Biar kerasa banget untungnya.

Bapak itu sempat pamit untuk beribadah sebentar dan kemudian balik lagi meneruskan perbincangan. Saya sempat heran juga, kok, masih bisa ibadah, ya? Jangan-jangan… sudah bergelar lagi. Wah… benar-benar!

“Bapak memangnya nggak marah atau cemburu?”
“Nggaklah, neng! Sudah biasa saya, mah!”
“Masa, sih, Pak?”
“Eehhh…, bener! Ibunya istri saya juga begitu.”
Dooorrrr!!!! Maksudnya???
“Dulu ibu itu simpenannya orang Jakarta, Neng!”
Mau dari Jakarta, dari Bandung, dari Surabaya atau Irian pun… sami mawon judulnya!
“Tetangga yang lain juga banyak yang sama!”
Mampus, deh!
“Makanya, nggak usah heran! Biasa-biasa ajalah, Neng!”
Beneran mampus, nih!
“Emangnya nggak ngerasa dosa, ya, Pak?”
Dooor lagi!!!! Kali ini dia yang mampus.

Geleng-geleng kepala lagi… geleng-geleng kepala lagi, deh, jadinya. Memangnya kalau sudah turun temurun, terus bisa dianggap lumrah? Biasa? Wajar? Ya, juga sih! Kita yang sudah turun-menurun terbiasa makan nasi sekelas pangan bebek untuk ukuran orang Thailand, toh, merasa biasa-biasa saja. Malah aneh rasanya kalau harus makan nasi kualitas nomor satu dunia. Kurang ngeprul!!! Nggak ngebray!!! Terlalu lengket!!!

Bingung saya jadinya. Turun-temurun, sih, turun-temurun. Budaya, sih, budaya. Apa ini yang disebut bagian dari norma dan etika negara yang sangat saya cintai? Apa patut dijaga, dilestarikan dan dikembangkan?

Mari kita pikirkan baik-baik!

Apa sudah tahu kita harus bagaimana???? (ASA)

Salam Kompasiana,

MARISKA LUBIS

Sumber: Kompasiana

Share on Facebook Share on Twitter

~ oleh Mariska Lubis pada September 27, 2009.

11 Tanggapan to “Butuh Istri? Di Rumah Ada, Tuh! Mau?”

  1. luar biasa…. pengalaman yang bakal mencengangkan dunia… salam sukses… (eh… boru lubis, berarti sian tapanuli ya.. horas)

    sedj
    http://sedjatee.wordpress.com

  2. heheheee…
    nggak bisa bayangin.

  3. kl..gak salah sy pernah dengar ini dari daerah di indramayu namanya desa gabus kulon… dimana hal ini menjadi lumrah … miris banget >

    • yah begitulah… baca tulisan saya yang judulnya, “Tukeran Suami, Dong! Ada tiga, tuh! Pilih Aja!… itu dari Indramayu dan Kuningan… hasil riset saya…

  4. Nice post, salam kenal yah 🙂

  5. Luar biasa, perlu waktu dan keberanian untuk mendapatkan informasi itu semua. Sukses ya
    Salam kenal

  6. […] ingat waktu saya menulis tentang kehidupan budaya seks yang terjadi di daerah Indramayu dan juga Karawang Saya bercerita bagaimana perempuan bisa memliki suami banyak dan bahkan bisa saling bertukar suami. […]

Tinggalkan Balasan ke aspal07 Batalkan balasan